Senin, 01 Februari 2010

Mendidik Buah Hati

Tiga Tipe Anak
1. Tipe rumah
Kelebihan : mudah diatur dan dikendalikan, karena sangat tergantung pada orang tua.
Kekurangannya : terlalu tergantung pada orang tua atau pengasuh, sulit beradaptasi, cenderung pemalu atau penakut.
2. Tipe sekolah
Kelebihan : berhati-hati terhadap lingkungan baru, tetapi tidak penakut.
Kekurangan : perlu sedikit waktu untuk beradaptasi, perlu dorongan awal untuk mencoba sesuatu yang baru atau menghadapi tantangan.
3. Tipe lingkungan
Kelebihan : mudah bergaul, berani, menyenangkan, lincah, suka tantangan.
Kekurangan : relatif sulit dikendalikan, perlu pengamanan lebih karena suka tantangan beresiko.

Menanamkan Kepribadian Islami Sejak Dini
Diantaranya adalah :
1. Mauqif
Menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan Rosul SAW, kecintaan kepada al qur'an, kecintaan kepada kehidupan akhirat
Menghilangkan ketakutan kepada setan dan musuh-musuh Allah, menghindarkan kecintaan kepada ideologi manusia dan kecintaan kepada kehidupan dunia.

2.Fikroh
Membangun pemikiran Islam adalah rahmat bagi alam semesta, sistem hidup yang integral dan menyeluruh, serta aturan hidup yang berlaku disemua waktu dan ruang.
Mengikis pemikiran Islam adalah identik, hidup yang sektoral dan hanya berlaku sementara atau setempatan.

3.Amaliyyah/Fanniyah
Membiasakan kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas.
Meninggalkan integritas yang rapuh, komitmen yang lemah, kompetensi yang rendah.

Berkreasi dalam Sarana Mendidik Anak
Dengan memperhatikan subyektifitas anak kita berkreasi dengan, menyengaja:
  • Memperlihatkan
  • memperdengarkan
  • Memberikan pengalaman
  • Mencontohkan
  • Membiasakan
  • Mengawasi
  • Membimbing
  • Menasehati
  • Menegur
  • Memberikan Konsekuensi

Menasehati, Menegur dan Memberi Konsekuensi yang Efektif Kepada Anak
Untuk menasehati, menegur atau memberi konsekuensi yang efektif kepada anak dapat dilakukan antara lain cara-cara :
  • Selenggarakan rapat keluarga
  • Sosialisasikan Visi Keluarga (benar, pintar, segar)
  • Sepakati aturan main bersama
  • Sepakati konsekuensi yang tepat dan sesuai
  • Laksanakan secara konsekuensi dan konsisten
  • Lakukan langkah-langkah koreksi bila perlu
  • Berikan feedback
  • Lakukan Evaluasi
  • Kembali kerapat keluarga
  • Selalu beri dorongan

Sabtu, 02 Januari 2010

CIRI WANITA SOLEHAH

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami


Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:


1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga

http://www.dudung.net/artikel-islami/ciri-ciri-wanita-solehah.html

Kamis, 31 Desember 2009

Keluarga Sakinah Miniatur Masyarakat Madani


Keluarga merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah masyarakat, dan seperti tadi telah disebutkan, menegakkan Islam dalam keluarga merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan cita-cita Islam. Dengan pemahaman tentang ini tidak terlalu sulit untuk menyimpulkan bahwa sebuah keluarga sakinah (Keluarga yang berhasil menurut standar Islami) adalah cerminan sebuah masyarakat madani. Sedangkan masrakat madani sendiri merupakan standar Islami tentang sebuah masyarakat yang ”makmur, aman, tentram dan damai”. Orang sering menyebut-nyebut tentang “masyarakat madani”. Sebuah gambaran tentang masyarakt sukses yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Begitu inginnya masyarakat / ummat berada dalam sebuah masyarakat yang makmur, aman, tentram dan damai, sehingga segera saja ide untuk menciptakan masyarakat seperti itu disambut dengan hangat. Sayang sekali tidak mudah kita menemukan tulisan yang menerangkan cara mencapainya. Bahkan masih banyak muslimin tidak memahami tahapan-tahapan amal dalam menegakkan Islam, padahal masyarakat yang diidamkan tadi sebenarnya bukan merupakan tujuan akhir penegakkan Islam. Islam menghendaki agar penghambaan manusia dikembalikan hanya kepada Allah SWT. Islam menghendaki agar pilar-pilarnya dibangun pertama kali di dalam dada individuà kemudian di dalam sebuah rumah tanggaà kemudian dalam sebuah masyarakatà kemudian sebuah negaraà kemudian sebuah khilafahà kemudian di atas seluruh permukaan bumià sebelum akhirnya tegak di seluruh alam semesta ini, Insya Allah. Keluarga merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah masyarakat, dan seperti tadi telah disebutkan, menegakkan Islam dalam keluarga merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan cita-cita Islam. Dengan pemahaman tentang ini tidak terlalu sulit untuk menyimpulkan bahwa sebuah keluarga sakinah (Keluarga yang berhasil menurut standar Islami) adalah cerminan sebuah masyarakat madani. Sedangkan masrakat madani sendiri merupakan standar Islami tentang sebuah masyarakat yang ”makmur, aman, tentram dan damai”. Kira-kira apakah ciri-ciri persamaannya dan apakah cara mewujudkannya juga akan sama dengan cara mewujudkan karakteristik masyarakat madani ?. Dalam tulisan kali ini Insya Allah akan coba diuraikan beberapa ciri / karakteristik masyarakat madani yang tumbuh dari kumpulan keluarga sakinah. Keluarga Robbani Sebagaimana salah satu ciri masyarakat madani adalah bersifat Robbani, maka keluarga sakinah juga berciri robbani. Artinya, di dalam keluarga / masyarakat tersebut setiap anggotanya berusaha untuk berlomba di dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Perekat utama keluarga/ masyarakat. Mereka menyadari betul bahwa hanya Allah sajalah yang pantas di jadikan tempat meminta bagi terwujudnya kebahagiaan bersama. Sebab mereka meyakini firman Allah sebagai berikut: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” (4:1) Sebuah keluarga sakinah tidak pernah menjadikan variabel keduniaan sebagai faktor utama munculnya soliditas internal keluarga. Mereka juga percaya bahwa hanya dengan taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah) dan menegakkan aturan Allah sajalah maka kebahagiaan, kasih-sayang dan kecintaan sejati akan dirasakan di dalam keluarga. Suatu bentuk kebahagiaan yang tidak dibatasi selama hidup di dunia semata, melainkan jauh hingga berkumpul kembali di akhirat. Demikian juga dalam masyarakat madani di mana hukum Allah ditegakkan dengan sempurna. Keluarga Yang Cinta Ilmu Iqro (QS96:1) Ayat pertama yang turun kepada Nabi kita Saw adalah ayat tadi: ” Bacalah!”, pelajarilah! Keluarga sakinah adalah keluarga yang cinta ilmu, seperti juga masyarakat madani. Mereka saling belajar dan saling mengajarkan, antara yang tua kepada yang muda maupun sebaliknya. Keluarga yang menghargai ilmu sehingga menempatkan ahli ilmu di tempat yang dihormati, mencari ilmu dan mengajarkannya, serta kemudian bersyukur kepada Allah atas ilmu dan berkah ilmu, dan menggunakannya di jalan Allah. Keluarga sakinah tidak bersikap jumud maupun liberal dalam mensikapi ilmu. Seorang bapak menganjurkan anaknya untuk menuntut ilmu, membiayainya, kemudian juga menghormati anaknya yang mau membagi ilmu itu kepadanya dan siap menerima nasehat anaknya dengan ilmu yang dia (anak itu) pelajari dari gurunya. Bahkan sebelum itu sang bapak-lah yang mencarikan guru terbaik untuk anaknya itu. Singkatnya keluarga sakinah/ rabbani terdiri dari anggota keluarga yang telah manghayati sabda Rasulullah saw berikut: “Barangsiapa ingin berhasil di dunia, tuntutlah ilmu. Barangsiapa ingin berhasil di akhirat, tuntutlah ilmu. Dan barangsiapa ingin berhasil di dunia dan di akhirat, tuntutlah ilmu.” Meskipun demikian anggota keluarga sakinah tetap berpegang pada prinsip :”pendapat siapapun dapat diterima dan ditolak, kecuali dari Allah dan RasulNya yang kita terima tanpa keraguan”. Keluarga Yang Cinta Damai Keluarga sakinah, seperti juga masyarakat madani, selalu berusaha untuk tampil sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Dalam lingkungan yang kecil di dalam keluarga, suasana saling cinta mendasari hubungan antara mereka. Kakak dan adik saling cinta, bapak dan ibu menjadi teladan mereka. Bahkan dengan anggota keluarga temporer (misalnya pembantu rumahtangga) juga disayangi seperti keluarga sendiri, tidak direndahkan dan dianggap sebagai orang suruhan belaka. Di lingkungan yang lebih besar di luar rumah, di antara tetangga, anggota-anggota keluarga sakinah memperlihatkan sikap dan sifat yang sama, bersikap santun kepada tetangga, tukang jualan, tukang sampah, penunggu warung, dan siapa saja yang ada di lingkungannya. Anak-anak keluarga sakinah akan dikenali dari akhlaknya yang santun, menghormati yang tua, menyayangi yang kecil, tidak suka mengganggu atau merugikan orang lain, jujur ketika berjual beli dan bertutur-kata. Siapapun yang melihat mereka akan berharap anak mereka-pun bersikap serupa, karena kesantunan dan kebaikan akhlak mereka. Anak-anak seperti ini akan menjadi cahaya mata bagi orang tua mereka, bahkan juga bagi lingkungannya. Siapapun akan bangga memiliki warga seperti mereka. Singkatnya mereka berusaha meneladani Rasulullah saw dalam hal yang Allah isyaratkan di dalam firman-Nya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (21:107)
Keluarga Yang Egaliter Keluarga sakinah selalu berusaha mewujudkan suasana “sama tinggi sama rendah” di dalam rumah. Setiap anggota keluarga tidak hanya dikenalkan kewajiban yang harus dipenuhinya, melainkan juga diberitahu akan hak-hak yang dimilikinya. Baik ayah, suami, ibu, isteri maupun anak-anak bahkan pembantu menyadari bahwa ia memiliki hak-hak yang perlu dijaga dan dipenuhi. Dan fihak pertama yang harus memastikan bahwa hak-hak ini terpenuhi adalah kepala keluarga. Bukanlah sebuah miniatur masyarakat Islami atau madani bila yang memperoleh pemenuhan hak hanya sang ayah atau suami sedangkan anak dan isteri hanya punya daftar kewajiban. Misalnya dalam hal saling menasehati. Bukan hanya ayah kepada anak atau ibu kepada anak atau suami kepada isteri terdapat hak menasehati. Melainkan sebaliknya hendaknya dipastikan bahwa anakpun boleh dan dijamin memberikan nasehat kepada orang-tua atau isteri menasehati suami. Inilah miniatur masyarakat Islami dan madani. Ketika Umar bin Khattab berdiri di depan ummat pada hari dilantiknya menjadi khalifah, maka bangunlah seorang lelaki mengangkat pedangnya tinggi-tinggi seraya berujar: “Hai Amirul mu’minin, seandainya perjalanan kepemimpinanmu melenceng dari garis ketentuan Allah dan RasulNya, niscaya pedangku ini akan meluruskanmu.” Maka dengan tawadhu/ rendah hatinya Umar menjawab: “Alhamdulillah ada seorang lelaki ditengah ummat yang Umar pimpin akan meluruskanku tatkala aku menyimpang.” Dan pada saat itu tidak ada seorangpun yang menuduh lelaki tersebut sebagai tidak percaya atau tidak tsiqoh akan kepemimpinan Amirul mu’minin Umar bin Khattab ra. Justeru ke-tsiqoh-annya kepada Umar menyebabkan lelaki tersebut begitu leluasanya menyampaikan aspirasi secara asli dan apa adanya. Hal ini menunjukkan betapa egaliternya suasana masyarakat Islam kala itu. Dan setiap warga menjadi seperti itu karena lahir dari keluarga-keluarga yang memang sejak dini menanamkan nilai-nilai egaliter di rumah masing-masing. Wallahu a’laam (SAN 29052009) http://www.eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/keluarga-sakinah-miniatur-masyarakat-madani.htm

Minggu, 04 Oktober 2009

TAUBAT


wahai tuhan aku lemah, hilang terumur noda, hapuskanlah, terangilah jiwa di hitam jalanku ampunkanlah aku, terimalah taubatku. Sesungguhnya engkau sang maha pengampun dosa. Ya robbi, ijinkanlah aku kembali padamu meski mungkin takkan sempurna aku sebagai hambamu, ampunkanlah aku, terimalah taubatku. Sesungguhnya engkau sang maha pengampun dosa, berilkanlah aku kesempatan waktu, aku ingin kembali, kembali… meski aku tak layak sujud padamu dan sungguh tak layak.

Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi
Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi

Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu

Terik matahari
Tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu

Raga kan terluka
Tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu

Semua makhluk bertasbih
Panjatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdoa
Limpahkan rahmat atasmu

Duhai pewaris nabi
Duka fana tak berarti
Surga kekal dan abadi
Balasan ikhlas di hati

Cerah hati kami
Kau semai nilai nan suci
Tegak panji Illahi
Bangkit generasi Robbani

Minggu, 06 September 2009

KETIKA TILAWAH MENJADI HOBI

Ramadhan benar-benar menjadi bulan "miracle" bagi sebagian besar umat muslim

Gimana tidak, hampir sebagian besar masyarakat tilawah Al Quran di sela-sela aktivitas mereka disiang hari, bahkan ba'da sholat terawih mereka membaca Al Qur'an secara tadarus ada juga yg membaca secara mandiri. Bahkan di bulan Ramadhan ini, mereka yang membaca Al Qur'an memiliki target meng-Hatam-kan Al Qur'an minimal 1 kali selama bulan ramadhan. Bahkan, yang biasanya jarang menghatamkan Al Qur'an di bulan Ramadhan memiliki Ambisi untuk bisa dan mampu menghatamkan Al Qur'an.

Ini lah miracle of Ramadhan.

Template by:
Free Blog Templates